Breaking News
- PALASETA OPEN DONATION
- PALASETA OPEN DONATION #LAWANCOVID-19
- Open Recruitment
- memperingati hari ulang tahun Mahasiswa Pecinta Alam PALASETA STMIK Bani Saleh yang ke - 20 tahun
- Mubes dan Temu Kangen
- HUT KE-XVIII PALASETA STMIK Bani saleh
- JUARA PALASETA CLIMBING COMPETITION 2017
- KEJUARAAN PANJAT DINDING
- Havidz"moly"akbar Ketua Umum baru PALASETA terpilih
- Palaseta yang membuat saya Bisa?
Pelajaran Penting dari Kematian Pendaki di Gunung Gede
Berita Populer
- Teknik Dalam Penelusuran Gua
- Sekelumit Tentang Rock Climbing
- CONTACT PERSON GUNUNG-GUNUNG INDONESIA
- Terjadinya Gua Dan Jenisnya
- Sejarah Penelusuran Gua
Berita Terkait
uncak). Itu tentu saja fatal karena tidak ada teman korban yang tahu kondisi terakhir korban. Pertanyaannya, kenapa orang sakit ditinggal sendirian di tenda," tukas Andy Reezwandy (35), seorang pendaki gunung asal Jakarta.
Ia mengaku, Gunung Gede selama ini memang sudah terstigma sebagai rute pendakian untuk pemula. Bahkan, anak-anak di bawah usia 15 tahun kerap diajak orangtua atau sekolahnya mendaki di gunung ini.
"Artinya, jadi seperti wisata saja, apalagi ditambah dengan omongan kalau naik gunung sekarang ini sedang ngetren. Nah, akhirnya persiapan utama mendakinya malah banyak disepelekan orang. Itu bahayanya," kata Andy.
Faktor ketiga adalah persiapan fisik. Sampai saat ini, mendaki gunung masih masuk ke olahraga ekstrem. Terkait olahraga luar ruang, "bermain-main" di gunung berarti siap-siap berkawan dengan buruknya cuaca yang susah ditebak.
"Kembali lagi ke soal pengetahuan, pendidikan yang menjadi bekal si pendaki. Dengan pengetahuan yang dia punya, sudah barang tentu persiapan pendakiannya juga baik. Dia pasti tahu risiko yang akan dia hadapi, sudah dia ukur. Minimal siap menghadapi risiko itu karena alam tidak bisa ditebak maunya," kata Adiseno, pendaki senior Mapala UI.
Di gunung apa pun dan setinggi apa pun, mendaki pada musim penghujan ini butuh persiapan matang, kondisi fisik prima, serta peralatan dan perbekalan memadai. Tentu saja, semua itu berhulu pada pengetahuan pendakian yang dimiliki seorang pendaki. Pertanyaannya, sudahkah hal-hal utama ini dipenuhi maksimal oleh korban dan teman-temannya? Karena risikonya sudah langsung terjawab, korban meregang nyawa karena serangan hipotermia atau kehilangan suhu panas tubuh akibat basah dan kedinginan.
Jangan-jangan, soal hipotermia d
Ia mengaku, Gunung Gede selama ini memang sudah terstigma sebagai rute pendakian untuk pemula. Bahkan, anak-anak di bawah usia 15 tahun kerap diajak orangtua atau sekolahnya mendaki di gunung ini.
"Artinya, jadi seperti wisata saja, apalagi ditambah dengan omongan kalau naik gunung sekarang ini sedang ngetren. Nah, akhirnya persiapan utama mendakinya malah banyak disepelekan orang. Itu bahayanya," kata Andy.
Faktor ketiga adalah persiapan fisik. Sampai saat ini, mendaki gunung masih masuk ke olahraga ekstrem. Terkait olahraga luar ruang, "bermain-main" di gunung berarti siap-siap berkawan dengan buruknya cuaca yang susah ditebak.
"Kembali lagi ke soal pengetahuan, pendidikan yang menjadi bekal si pendaki. Dengan pengetahuan yang dia punya, sudah barang tentu persiapan pendakiannya juga baik. Dia pasti tahu risiko yang akan dia hadapi, sudah dia ukur. Minimal siap menghadapi risiko itu karena alam tidak bisa ditebak maunya," kata Adiseno, pendaki senior Mapala UI.
Di gunung apa pun dan setinggi apa pun, mendaki pada musim penghujan ini butuh persiapan matang, kondisi fisik prima, serta peralatan dan perbekalan memadai. Tentu saja, semua itu berhulu pada pengetahuan pendakian yang dimiliki seorang pendaki. Pertanyaannya, sudahkah hal-hal utama ini dipenuhi maksimal oleh korban dan teman-temannya? Karena risikonya sudah langsung terjawab, korban meregang nyawa karena serangan hipotermia atau kehilangan suhu panas tubuh akibat basah dan kedinginan.
Jangan-jangan, soal hipotermia d

Write a Facebook Comment
Tuliskan Komentar anda dari account Facebook
View all comments