- PALASETA OPEN DONATION
- PALASETA OPEN DONATION #LAWANCOVID-19
- Open Recruitment
- memperingati hari ulang tahun Mahasiswa Pecinta Alam PALASETA STMIK Bani Saleh yang ke - 20 tahun
- Mubes dan Temu Kangen
- HUT KE-XVIII PALASETA STMIK Bani saleh
- JUARA PALASETA CLIMBING COMPETITION 2017
- KEJUARAAN PANJAT DINDING
- Havidz"moly"akbar Ketua Umum baru PALASETA terpilih
- Palaseta yang membuat saya Bisa?
Mendaki Gunung, Mendidik Karakter Anak
Berita Populer
- Teknik Dalam Penelusuran Gua
- Sekelumit Tentang Rock Climbing
- CONTACT PERSON GUNUNG-GUNUNG INDONESIA
- Terjadinya Gua Dan Jenisnya
- Sejarah Penelusuran Gua
Berita Terkait
Bisa jadi, keputusan saya dan suami adalah kontroversial, yaitu mengajak anak kami sejak usia 2.5 tahun untuk naik gunung, bahkan di musim hujan sekalipun. Sebagian yang tidak mengenal kami secara dekat mencibir, bahkan tak jarang, mengatakan kami orang tua egois. Sementara itu, sebagian lainnya bilang salut dan mendukung.
Kami berdua tentu tahu risiko itu, yaitu pandangan miring membawa anak mendaki gunung di usia dini. Maka, lepas dari kontroversi setuju dan tidak setuju, saya tetap berupaya memaparkan alasan saya mengajak atau membawa anak saya mendaki gunung.
Semua orang tahu, mendaki gunung kerap kali diidentikan dengan kegiatan "heroik". Bahkan, ini dianggap olahraga yang menyerempet bahaya, dan tentu saja; kematian (Baca: Jangan Mau Mati Konyol di Gunung!).
Dok Nouf Zahrah Anastasia Secara sadar, tentu saja, melakukan persiapan perjalanan pendakian akan melatih seseorang terbiasa untuk tidak gegabah dan selalu penuh perhitungan di setiap langkahnya.
